Lebaran kustom kulture Indonesia kembali bergemuruh di Jogja Expo Center (JEC). Selama dua hari (4–5 Oktober 2025), ribuan penikmat dunia kustom dari berbagai penjuru nusantara tumpah ruah di KUSTOMFEST 2025 – “MADCHINIST”. Tahun ini bukan hanya soal karya dan mesin, tapi juga bukti nyata bahwa kultur kustom Indonesia masih terus tumbuh, berevolusi, dan beresonansi hingga mancanegara.
Suasana festival kembali menunjukkan jati diri KUSTOMFEST sebagai episentrum kreativitas dan perayaan kebebasan berekspresi. Pengunjung datang bukan hanya dari berbagai kota di Indonesia, tapi juga dari Malaysia, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, hingga Jepang — mempertegas status KUSTOMFEST sebagai panggung lintas batas yang dirayakan bersama.
“Keberhasilan acara KUSTOMFEST tahun ini menjadi sebuah bukti dari konsistensi yang coba kami berikan selama bertahun-tahun. Format dan konten acara yang kami siapkan membuahkan hasil manis untuk penyelenggaraan kali ini. Hadirnya karya-karya yang tampil pada tahun ini juga memberi angin segar bagi perkembangan dunia kustom Indonesia,” ungkap Lulut Wahyudi, Direktur KUSTOMFEST.
Dari ruang pamer utama, deretan karya terbaik tampil mencuri perhatian. Di kategori Best Hot Rod & Kustom Car Show, gelar utama jatuh kepada Jambronk Deathless Empire – Zie Garage YKY lewat karya Chevrolet Impala bergaya Low Rider yang juga meraih penghargaan Best Display dari panitia.


Sementara itu, Best Kustom Bike Show menjadi milik Imam Naufaldi lewat motor Harley-Davidson Shovelhead 1978 garapan Queen Lekha Choppers Yogyakarta. Motor ini juga memborong apresiasi dari Luck MC dan Mooneyes, serta keluar sebagai pemenang Harley-Davidson Custom Kings Asia Indonesia x KUSTOMFEST.
Lebaran kustom tahun ini juga kembali membuka jalan bagi builder lokal untuk menembus panggung dunia lewat program Indonesia Attack — sebuah inisiatif yang mempertemukan kreativitas bengkel lokal dengan arena internasional. Tahun ini, Ultimate Custom Indonesia asal Malang terpilih untuk tampil di The 33rd Yokohama Hot Rod Custom Show 2025, setelah sebelumnya mereka menjadi bagian dari Honda Dream Ride Project dengan basis motor Honda Stylo.
Dari sisi kurasi, KUSTOMFEST 2025 menghadirkan 30 mobil dan 145 motor hasil seleksi ketat dengan berbagai pertimbangan mulai dari desain, orisinalitas, hingga tingkat kebaruan. Tapi bukan hanya ruang pamer yang hidup — di area luar, sirkuit oval flat track jadi magnet tersendiri. Lebih dari 50 pembalap, termasuk beberapa nama beken dari komunitas star racer, saling adu kendali di lintasan tanah, ditemani aksi eksibisi dari Toshiyuki Ozawa (Cheetah Custom Cycles) dan Masa Komazaki, dua pegiat aktif flat track dari Jepang.
Selain parade karya dan balap, konten lain seperti Pin Up Contest, Helmet Kustom Paint, Kustom Bicycle, Diecast Show & Contest, hingga BMX Kontest dan Klayapan Krosspit turut meramaikan suasana. Energi festival benar-benar terasa di setiap sudut — dari aroma cat baru, dengung mesin, sampai riuh tawa pengunjung yang tenggelam dalam atmosfer khas KUSTOMFEST.
Malam hari, panggung musik KUSTOMFEST menggema dengan energi dari berbagai subkultur. Burgerkill, Navicula, White Swan, Strangers, OM Lorenza, The Kick x The Peal, Los Pakualamos, Jangar, hingga band-band lokal Yogyakarta bergantian mengisi udara dengan distorsi, groove, dan semangat perlawanan yang menjadi denyut dari kultur kustom itu sendiri. Kolaborasi Simak Siar x KUSTOMFEST semakin menegaskan keterhubungan antara dunia musik dan kultur kustom yang sama-sama lahir dari semangat independen.
Puncak acara menjadi momen yang paling ditunggu — lucky draw untuk perjalanan kustom kulture ke Jepang. Tahun ini, keberuntungan jatuh kepada Raden Dicka Prabowo Aji Kusuma dari Yogyakarta.
“Selamat pada pemenang lucky draw tahun ini. Kami akan membawanya untuk merasakan perjalanan kustom kulture di salah satu kiblat dunia dan melihat langsung karya builder terbaik di Yokohama Hot Rod Custom Show Desember mendatang,” tutup Lulut Wahyudi.
Sekali lagi, KUSTOMFEST membuktikan diri bukan sekadar event — tapi sebuah ritual tahunan, ruang temu, dan panggung ekspresi yang terus menjadi barometer kultur kustom Indonesia di mata dunia.















